Dulu, lama sebelum Hanun
lahir saya sudah sangat suka melihat anak kecil perempuan yang berkerudung
rapi. Teman-teman, orang tua anak-anak itu, memberi tips bahwa jauh lebih mudah
mengajari anak berkerudung sedari kecil, sedini mungkin. Sejak saat itu selalu ada dalam doa saya
permohonan dianugerahi anak perempuan.
Memerhatikan tingkah polah
perempuan-perempuan masa kini saya sangat miris dan khawatir. Betapa mereka
sudah tidak peduli dengan kehormatan,
suka memamerkan bagian-bagian tubuh demi mendapatkan kepuasan karena jadi pusat
perhatian.
Banyak yang berkilah bahwa
bukan tanggung jawab mereka bila banyak
mata lelaki jalang memandang tubuh mereka.
"Ah...Bukan urusan saya
bila para lelaki itu memandangi saya, khan mata mereka sendiri, saya gak
nyuruh"
"Ya salah sendiri gak
punya iman...Gak bisa menahan nafsu..."
"Dasar pikiran mereka
sendiri yang ngeres, piktor"
Coba kita balik logikanya,
seandainya tidak ada seorang lelakipun tertarik pada dandanan mereka, tidak
sebuah matapun memandang kagum, atau lebih tepatnya jalang, apakah mereka masih
mau berpakaian seperti itu? Apa sih yang ada di benak perempuan-perempuan yang
suka berdandan ‘minimalist’ itu saat
bercermin mematut diri selain ingin segera keluar menemui kerumunan kemudian
mendapatkan pujian dan tatapan pemujaan?
"Wajar khan yang indah
itu disukai orang?"
"Apa salahnya saya
menampilkan keindahan?"
Keindahan adalah ciptaan
Tuhan Yang Maha Indah. Sebagai mahlukNYA kita wajib menjaga dan merawat
keindahan yang kita terima. Menampilkan keindahan boleh saja, dengan memerhatikan
manfaat yang ingin diraih, bagi diri sendiri dan orang lain. Saat menampilkan
bagian-bagian tubuhnya, manfaat apa yang diperoleh? Manfaat apa yang diberikan
untuk orang lain? Keburukan apa yang kemungkinan terjadi? Lebih condong ke
manfaat atau keburukan?
"Ah, jangan munafik
lah...! Toh banyak juga peristiwa di dunia ini perempuan berjilbab yang
dilecehkan dan diperkosa..."
Perdebatan seperti ini tidak
akan pernah selesai, tak ada habisnya. Selalu ada perbedaan dalam memandang
sesuatu. Karena itulah saya ingin memiliki anak perempuan, agar saya bisa
mendidiknya dengan kebenaran yang saya yakini. Saya ingin berbuat sesuatu di
dunia tentang keindahan seorang wanita, melalui anak saya karena saya
laki-laki.
Saya menyetujui dan sepakat
bahwa pendidikan anak dimulai saat usia 0 tahun, bahkan sejak dalam kandungan.
Maka saya dan ibunya mengajari Hanun
menutup aurat sejak usia 0 tahun. Kami sudah berburu jilbab kecil sejak Hanun
lahir.
Tidak mudah, karena banyak
yang menentangnya.
"Kasihan, dia khan masih
kecil.."
Justru sayang Hanun saya
kasihan bila terlambat mendidiknya tentang ahlak beragama.
0 komentar:
Posting Komentar