Saya sangat
setuju bahwa pendidikan itu sangat penting, bahkan sampai akhir hayat. Untuk
sahabat-sahabat yang sudah berusia lanjut justru harus semakin banyak belajar
karena zaman terus berubah dan Anda diberi kelebihan usia untuk dimanfaatkan di
zaman ini, bukan zaman dulu.
Tapi saya
berpendapat menuntut ilmu tidak harus di jalur umum (baca : formal), karena
ilmu itu dicari untuk diamalkan dan dimanfaatkan, bukan sekedar gelar
administrasi, kecuali bila memang gelar administrasi itu dibutuhkan untuk
peningkatan jenjang karir.
Bila menuntut ilmu hanya melalui jalur umum maka setelah memiliki gelar akademik orang
akan berhenti melakukannya. Tidak ada seorang pun yang berani sesumbar bahwa gelar akademik bisa menjamin hidup jadi sukses.
Pun tidak ada seorang pun yang berani bertaruh bahwa tanpa gelar akademik,
tanpa ijazah, orang tak bisa sukses.
Saya dan
istri sangat menyadari itu, dan kami terapkan dalam pola didik ke Coqi. Kami
tidak ingin Coqi memilih jalur pendidikan tanpa tujuan yang jelas, asal pilih
atau asal ikut.Saat ini Coqi sedang bersiap menghadapi Ujian Nasional SMP. Kami
memberinya beberapa pilihan jalur setelah lulus SMP : masuk SMA, SMK, Pondok
Pesantren, atau tidak semuanya alias Home Schooling. Kami beri dia kebebasan
memilih, dan kami dukung maksimal pilihannya bila dia bisa memberikan alasan
yang tepat. Tapi bila ternyata alasannya kurang kuat sehingga argumennya bisa
saya patahkan maka dia harus mengubah pilihannya.
“Aku masuk
SMA aja Pak…”
“Kenapa
bukan SMK, Pesantren , atau Home Schooling aja??” Saya sudah menyiapkan segala
jurus untuk mematahkan argument dia. Saya berasumsi Coqi memilih SMA tanpa memiliki alasan yang
kuat, hanya karena kebanyakan teman-temannya memilih itu, ternyata asumsi saya
salah.
“Aku ingin
jadi journalist dan comedian Pak…Aku butuh masyarakat majemuk untuk latihan.
SMA adalah sekolah yang paling majemuk dibanding SMK dan Ponpes apalagi Home
Schooling” Coqi hanya menyampaikan tiga kalimat dan saya tidak punya satu
kalimat pun untuk mematahkan argumennya. Saya kalah dan bangga dengan kondisi
kekalahan saya. Ternyata anak lelaki saya yang beranjak remaja sudah memikirkan
manfaat dari pilihannya.
Sekali lagi
saya hanya bisa memasrahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berharap Coqi
mendapat penataan langsung dari NYA.
0 komentar:
Posting Komentar