Berdasarkan beberapa tulisan
saya akhir-akhir ini ada yang menganggap saya masuk golongan putih (golput),
dan saya bersyukur daripada dianggap sebagai golongan hitam. Padahal PEMILU
belum lagi terlaksana, sudah banyak caleg yang merasa berhak menilai jelek calon-calon
rakyat yang akan diwakilinya.
Semua politikus punya jargon
yang sama "Golput bukan solusi", dan ada kesangsian dari para
apatist "Apakah memilih bisa memperbaiki negeri?", sedangkan para optimist berpikir “Selalu ada harapan,
dan pasti ada jalan…lain”
Entahlah...Yang jelas saya
sendiri punya pilihan sikap, dan harus bertanggungjawab pada pilihan saya
sendiri, apapun itu.
Semua orang berhak memilih,
termasuk Anda wahai para caleg yang merasa berhak mewakili saya.
Tolong Anda pilihkan sikap
bagaimana yang harus saya pilih :
1. Saya memilih, tapi saya
memilih caleg dari partai lain karena saya anggap dia lebih baik dari Anda.
Kemudian saya memuji-muji dia dan menjelek-jelekkan Anda karena dengan cara itu
pilihan saya punya kesempatan terpilih lebih besar dari Anda.
2. Saya tidak memilih
siapapun (silakan bila Anda mengganggap saya sebagai golput), karena saya
menyayangi semua caleg. Saya akan sering dengan santun menegur Anda dan caleg-caleg
lain bila saya anggap ada yang tidak tepat. Siapapun yang terpilih adalah wakil
saya sebagai rakyat, meskipun saya tidak ikut memilih karena gaji Anda toh
diambil dari pajak yang saya bayarkan. Karena itu saya harus bekerja keras agar
semakin besar pajak yang bisa saya bayarkan, untuk pembangunan negeri dan
membiayai sidang-sidang parlemen. Rumah saya selalu terbuka bagi semua caleg dari partai apapun bila memang ada yang berkenan mendapatkan masukan-masukan dari saya, sehingga lima tahun lagi mungkin saya punya caleg yang layak untuk saya pilih karena selama lima tahun peduli dan benar-benar memperjuangkan suara saya dan rakyat lain.
3. Saya memilih Anda,
kemudian tidak peduli dengan yang Anda lakukan, karena memang Anda tidak lagi
butuh aspirasi saya seperti yang terjadi selama ini. Bila pun Anda mengundang
saya dalam sebuah pertemuan-pertemuan resmi yang Anda sebut 'penyerapan
aspirasi', ternyata hanya sebuah formalitas administrasi untuk mencairkan dana
'penyerapan aspirasi' atau dana-dana lain, tidak lebih. Karena setelah
pertemuan itu Anda tidak pernah mengabarkan kepada saya bagaimana progres
perjuangan Anda membawa aspirasi saya. Anda juga tidak pernah memberi saya informasi tentang apa-apa saja yang Anda
lakukan selayaknya seorang wakil kepada orang yang diwakili, yang menggunakan
dana sebagian pajak saya yang sangat kecil.
Bisakah Anda memilih?
Mungkin Anda berkata “Wah
tiga-tiganya gak ada yang bagus untuk dipilih…”
Maka saya akan menjawab menggunakan
kata-kata Anda sendiri “Pilihlah yang terbaik dari yang tidak bagus, karena
tidak memilih bukanlah solusi”.
Apapun pilihan Anda adalah cerminan
diri Anda sebagaimana pilihan sikap saya terhadap PEMILU.
0 komentar:
Posting Komentar