Saya sangat suka buah durian. Dulu, saat masih kecil, saya bisa menghabiskan beberapa buah durian dalam sekali makan, yang berarti puluhan biji. Bapak, Ibu, dan semua saudara saya sangat suka durian. Karena itu saya dulu sempat heran bila ada orang yang tidak suka durian. Tapi lambat laun saya bisa memahami dan memaklumi orang yang tidak suka durian.
“Pak saya phobia durian…!”
Wah ini ada yang baru lagi. Untuk memahami orang yang tidak suka durian saja saya perlu waktu lama, apalagi ini phobia durian. Tapi kali ini saya tidak boleh terlalu lama minta waktu untuk memahami orang yang phobia durian, bahkan saya tidak perlu memahaminya. Client saya yang seorang bapak muda ini butuh dibantu, tidak butuh dipahami.
Saya tidak menanyakan kepadanya mengapa dia phobia durian, karena mungkin ceritanya akan terlalu panjang, atau bahkan sebaliknya, dia tidak tahu mengapa dia phobia durian. Yang awal saya tanyakan adalah tujuan dia mendatangi saya.
“Saya ingin sembuh pak. Saya ingin menghilangkan phobia saya”
Maka pertanyaan saya selanjutnya adalah tujuan dia menghilangkan phobia.
“Saya ingin membahagiakan istri dan anak saya Pak. Selama ini saya sangat enggan membelikan mereka durian, padahal mereka suka durian. Bila pun terpaksa membelikan saya akan keluar rumah, pergi sejauh mungkin sampai durian habis tuntas. Saya ingin bisa menemani mereka menikmati durian, paling tidak duduk bersama”
Saya menilai client saya ini punya tujuan yang jelas, dan itu berarti proses kesembuhannya sudah lima puluh persen. Yang lima puluh persen sisanya hanya masalah teknis saja.
Tanpa tujuan yang jelas sebuah sesi terapi hanya menjadi ajang curcol, tidak ada ujung dan pangkal. Sedangkan bila client punya tujuan yang jelas, sang therapist hanya menjadi pemandu jalannya menuju tujuan.
Dengan kekuasaan Tuhan dan karena tujuan yang jelas serta kemauan
yang kuat, client saya bisa sembuh dari phobianya terhadap durian. Pada akhir
sesi terapi dia tidak lagi pusing bila berdekatan dengan durian, meskipun tetap
tidak suka makan durian.
“Biarlah saya tetap tidak bisa makan durian, asal saya bisa
bersama anak dan istri saya saat mereka menikmati durian.”