Dua buku berkualitas karya Forum Lingkar Pena Malang

"Ada Kisah di Setiap Jejak" adalah buku kumpulan kisah nyata inspiratif, dan "Perempuan Merah dan Lelaki Haru" adalah buku kumpulan cerpen berkualitas. Hanya dijual online.

Ebook Gratis - Seminar - Workshop

Download Gratis Ebooknya di http://pustaka-ebook.com/pnbb-e-book-15-8-rahasia-sukses-ujian-nasional

Kebahagiaan dan Kedamaian Hati tergantung Keputusan Anda Sendiri

Kami hanya bisa membantu pribadi-pribadi yang mau berubah dan bersedia dibantu

Kripik untuk Jiwa - Renyah Dibaca, Bergizi dan Gurih Maknanya

Buku ringan berisi kiat-kiat mudah berubah menjadi bahagia dan membahagiakan

Inspirasi - Harmoni - Solusi

Berbagi inspirasi ... Membangun keselarasan ... Menawarkan solusi

Kamis, 22 November 2012

Tak Mau Berobat Karena Menikmati Sakit


Sejak kecil saya bercita-cita menjadi dokter, mungkin karena Ibu seorang Bidan sehingga sering sekali saya bertemu dengan dokter yang gagah dengan baju putih berkalung stetoskop. Saat SMP saya berpikir ulang tentang cita-cita saya karena ternyata saya membenci pelajaran biologi yang banyak hapalannya, genus-species dan turunan-turunannya.

Sekarang, berpuluh tahun sejak membuang keinginan menjadi dokter, saya menemukan bahwa ternyata di pikiran bawah sadar saya tetap bermimpi menjadi dokter, berbuat sesuatu untuk mengobati orang lain. Beberapa tahun terakhir saya banyak berinvestasi materi maupun waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu pengobatan, meskipun bukan ilmu pengobatan formal medis ala dunia barat. Bukankah NLP, Egostate Therapy, SEFT, Hijamah, ilmu herbal, bisa digunakan untuk membantu mengobati orang yang sakit?

Ternyata dulu saya ingin jadi dokter bukan semata ingin gagah berbaju putih berkalung stetoskop. Ternyata saya ingin jadi dokter karena melihat dokter-dokter itu tampak bahagia bisa berbuat sesuatu membantu orang yang sakit.

Dengan beberapa ilmu yang saya pelajari, saya bisa mengobati diri sendiri saat mengalami beberapa gangguan fisik. Namun anehnya saya tidak melakukan itu, pun tidak mendatangi dokter untuk berobat. Saya memilih untuk sakit.

Untuk gangguan kesehatan pada level tertentu saya memilih untuk tidak mengobatinya. Selain saya yakin bahwa ALLOH sebenarnya sudah menciptakan obat dalam tubuh saya, saya juga memilih untuk menikmati sakit saya. Saya tidak mengeluh, saya tidak merintih, karena saya benar-benar menikmati sakit itu.

Dengan menikmati sakit lebih mudah bagi saya bersyukur saat sakit itu diangkat ALLOH.
Dengan menikmati sakit saya bisa melatih kesabaran saya.
Dengan menikmati sakit saya lebih waspada dan awas dalam bersikap agar terhindar dari sakit-sakit yang berat. Saya jadi lebih mudah mengubah pola makan saya menjadi lebih sehat, lebih mudah termotivasi untuk berolah-raga
Saya menikmati sakit sambil istighfar memohon ampunanNYA. Bukankah sakit itu melebur dosa? Bila kita segera berobat dan ingin segera sembuh hanya sedikit dosa kita yang terkurangi.

Pada level berapa sakit yang saya nikmati dan tidak saya obati? Selama sakit saya tidak mengganggu orang lain, orang-orang di sekitar saya yang saya sayangi, selama sakit itu tidak mengganggu kegiatan saya bermanfaat bagi orang lain, selama tidak menghalangi saya menunaikan amanah dan kewajiban. Lebih dari itu saya akan berusaha mengobati sakit saya, sendiri atau meminta bantuan orang lain.


Selasa, 20 November 2012

Hari Ulang Tahun Coqi Tidaklah Istimewa


Bulan November adalah bulan kelahiran Coqi. Di antara kami, di keluarga kecil kami, sudah ada pemahaman yang sama tentang ulang tahun. Mungkin Hanun yang baru berusia empat tahun yang belum benar-benar paham.

Dulu, tepatnya saya lupa, seperti anak-anak pada umumnya Coqi selalu minta hadiah di hari ulang tahunnya.
"Coqi senang dapat hadiah di hari ulang tahun?"
Coqi mengangguk tersenyum.
"Coqi senang gak kalau dapat hadiahnya lebih sering, tidak hanya setahun sekali?"
"Ya senang sekali Pak.."
"Pilih mana?...Coqi mendapat sesuatu saat Coqi membutuhkan, atau Coqi mendapatkannya setahun sekali, saat ulang tahun saja."
"Ya pilih yang pertama dong Pak..."
"Bersyukur, mensyukuri nikmat itu setiap hari atau sebulan sekali?"
"Ya setiap hari dong Pak..."
"Berdoa memohon perlindungan, keselamatan, kebahagiaan, itu tiap tahun atau tiap hari?"
"Ya tiap hari dong Pak.."
Sejak saat itu di antara kami hari ulang tahun bukanlah moment yang luar biasa, sama istimewanya dengan hari-hari lain. Kami pun terbiasa 'merayakan' ulang hari.

Sementara, masih dalam lingkungan keluarga kecil saya memahamkan tentang budaya 'merayakan' ulang hari lebih baik dari ulang tahun. Saya tidak bisa memaksakan kepada orang lain. Saya juga tidak akan menyalahkan orang yang mengistimewakan hari ulang tahun, bahkan pun bila mereka mengistimewakan hari ulang tahun saya, istri dan anak-anak. Seperti yang terjadi di bulan November ini, teman-teman Coqi sudah tahu hari ulang tahunnya dan minta Coqi merayakannya.

Saya bersyukur Coqi juga sudah paham tentang hidup efektif dan bahagia. Uang yang dia dapat dari nenek dan paman-bibinya dia gunakan untuk mentraktir teman-temannya sekelas. Bagi Coqi kebahagiaan adalah bila membahagiakan orang lain, dan kebersamaan lebih efektif membuat bahagia dibanding materi.

Saya dan ibunya tidak mengucapkan 'selamat ulang tahun' kepada Coqi. Kami hanya mengingatkan tentang masa yang sudah dia jalani, dan peningkatan-peningkatan yang seharusnya dia capai. Kami tidak mendoakan Coqi khusus di hari ulang tahunnya, karena kami mendoakannya setiap hari.

Minggu, 18 November 2012

Tanpa Kritik Mana Bisa Berkembang


Saat diminta mengisi materi pada sebuah forum saya selalu mengajak istri, meskipun karena kesibukan tugas sebagai ibu rumah tangga tidak selalu bisa memenuhi ajakan saya. Saya suka komentar atau kritik masukan dari istri tentang kualitas materi saya dan cara penyampaiannya. Sampai saat ini saya merasa baru istri  yang berani memberi kritik masukan tentang kualitas public speaking saya.

"Bapak tadi terlalu banyak menggunakan bahasa Jawa, terasa kurang profesional..."
"Bapak tadi terlalu kaku..."
"Bapak tadi kurang luwes..."

Begitulah komentar-komentar istri saya. Saya tidak pernah membantah komentar-komentarnya, hanya  minta penjelasan lebih detil dan minta solusi apa yang harus saya lakukan.

Beda jauh antara melontarkan celaan dengan kritik. Perbedaan terbesar adalah pada niat sang pelontar. Orang yang mencela berniat memuaskan diri sendiri dengan menjelekkan atau merendahkan orang yang dicela. Sedangkan orang yang memberi kritik berniat membantu yang dikritik menjadi lebih baik, meningkat kualitasnya.

Saya juga selalu minta masukan tentang tulisan fiksi saya kepada istri dan anak sulung saya. Sebagai anggota FLP Malang saya bersyukur punya teman-teman yang siap mengkritik tulisan-tulisan saya, atau bersedia mengedit naskah saya.

Saya yakin tanpa kritik  tidak akan pernah bisa meningkatkan kualitas diri. Saya bersyukur dikelilingi orang-orang yang mendukung saya menjadi lebih baik, dengan memberi kritik.