Dua buku berkualitas karya Forum Lingkar Pena Malang

"Ada Kisah di Setiap Jejak" adalah buku kumpulan kisah nyata inspiratif, dan "Perempuan Merah dan Lelaki Haru" adalah buku kumpulan cerpen berkualitas. Hanya dijual online.

Ebook Gratis - Seminar - Workshop

Download Gratis Ebooknya di http://pustaka-ebook.com/pnbb-e-book-15-8-rahasia-sukses-ujian-nasional

Kebahagiaan dan Kedamaian Hati tergantung Keputusan Anda Sendiri

Kami hanya bisa membantu pribadi-pribadi yang mau berubah dan bersedia dibantu

Kripik untuk Jiwa - Renyah Dibaca, Bergizi dan Gurih Maknanya

Buku ringan berisi kiat-kiat mudah berubah menjadi bahagia dan membahagiakan

Inspirasi - Harmoni - Solusi

Berbagi inspirasi ... Membangun keselarasan ... Menawarkan solusi

Selasa, 27 November 2012

Semangat Berikrar Sumpah Pemuda dan Bernyanyi Lagu Kebangsaan Setelah Nonton Film



Saya sangat menyukai film ‘Invictus’ karena berisi pesan-pesan moral yang banyak sekali. Bahkan saat saya menonton yang keempat kali saya masih bisa menemukan pesan moral baru dalam film itu. Yang saya heran adalah bahwa saya beru ketemu film itu di tahun ini, tahun 2012, padahal film itu sudah diproduksi dan dipasarkan pada tahun dua ribu sembilan. Selama tiga tahun ada di mana film itu?

Mungkinkah karena film ‘Invictus’ bukan film laga atau horror sehingga tidak banyak orang membicarakannya? Atau mungkin para pemasar film di Indonesia kurang antusias dengan film-film bergenre drama. Entahlah…Yang jelas saya optimis dan antusias membawa film ini ke para pemuda, pelajar, mahasiswa, dan mengupas pesan-pesan moral yang ada di dalamnya. Saya yakin dengan cara berbeda dalam menyampaikan sebuah pesan, yaitu dengan cara yang menyenangkan dan asyik, lebih mudah masuk ke dalam benak anak-anak muda.

Ternyata hasil survey informal, yang saya sebarkan ke teman-teman muda pengurus FLP Malang, menunjukkan bahwa film ‘Invictus’ membosankan bagi mereka,nah lho…

Saya menyukai film ‘Invictus’. Saya mampu menonton film itu tanpa bosan sampai akhir. Saya tahu ‘bagaimana’ menonton film itu dengan asyik. Maka saya harus segera mempelajari ‘bagaimana’ teman-teman pengurus FLP Malang menonton film itu dengan perasaan bosan. Saya tidak terjebak dengan mempertanyakan mengapa mereka bosan menonton film itu, saya hanya perlu tahu bagaimana mereka melakukannya.

Setelah melakukan beberapa pertanyaan singkat kepada mereka melalui sms, mencari tahu secara tersirat  apa yang mereka lakukan sebelum, saat, dan setelah menonton film, saya bisa menemukan beberapa hal yang harus saya lakukan saat saya membawa film ini ke hadapan dua ratus siswa SMK Putera Indonesia Malang. Beruntung mbak Wulan, salah satu teman FLP yang merasa bosan saat menonton film itu menyadari apa yang terjadi pada dirinya dan memberi saya beberapa masukan, yang sesuai dengan rencana-rencana saya.

Di depan para siswa, saya membuka acara dengan membangkitkan semangat dan antusias mereka. Saya mengajak mereka bersepakat bahwa sepanjang acara kita bersenang-senang dengan asyik. Sebelum mulai membicarakan film, saya membahas sedikit tentang sejarah dan makna peristiwa Sumpah Pemuda. Saya kaitkan ikrar Sumpah Pemuda dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Apa yang saya sampaikan tentang Sumpah Pemuda kepada para siswa adalah yang saya tulis di Malang Post tanggal 28 Oktober 2012, atau bisa dibaca di sini http://bit.ly/musuhbersamabangkitkansemangatsumpahpemuda .

Selanjutnya saya menjelaskan tentang latar belakang film ‘Invictus’. Saya jelaskan kepada mereka kelebihan-kelebihan film itu layaknya seorang penjual tiket nonton, atau penjual DVD yang mempromosikan film-film dagangannya.

Saya membagi film yang berdurasi sembilan puluh menit menjadi enam session. Tiap awal session saya menyampaikan beberapa pesan tentang adegan-adegan yang perlu lebih diperhatikan, karena setiap session berakhir saya akan menyampaikan tantangan berhadiah.
Sempat ada kendala saat pemutaran session kelima, sound system tiba-tiba tak bersuara. Cukup lama teknisi mengotak-atik perangkatnya, dan para siswa mulai gaduh. Terlihat beberapa siswa (sekitar sepuluh persen) mulai meninggalkan tempat. Karena saya tidak bisa mendapat kepastian perangkat pengeras suara bisa digunakan lagi atau tidak sedangkan waktu saya terbatas, saya pun menyampaikan tawaran kepada para siswa, sambil berteriak, untuk menghentikan pemutaran film dan langsung ke babak hadiah utama. Yang mengharukan adalah ternyata hampir semua siswa menghendaki film diteruskan, mereka bersedia menunggu. ALHAMDULILLAH film bisa dilanjutkan dengan menggunakan perangkat pengeras suara kecil, tidak ada rotan akar pun jadi.
Karena waktu sudah terpotong, session kelima sampai akhir saya jadikan satu.

Selesai pemutaran film, setelah membagikan hadiah-hadiah utama, saya mengajak para siswa membaca ikrar Sumpah Pemuda dan menyanyikan Indonesia Raya. Para siswa, yang mau bertahan selama empat jam dalam aula yang gerah karena kipas angin tidak bisa dinyalakan, dengan semangat bersama-sama berikrar Sumpah Pemuda dan bernyanyi  lagu kebangsaan. ALHAMDULILLAH, saya sangat bersyukur dan terharu.

Minggu, 25 November 2012

Menang Lomba Baca Syair Semarak Tahun Baru Hijriyah



Bulan Muharom

Syair karya Nur Muhammadian

Bulan Muharom...
Bulan pertama tahun Hijriyah
Bulan Muharom...
Adalah bulan qomariah
Bulan Muharom
Satu dari empat bulan mulia
Bulan Muharom
Bulan Rajab, bulan Dzulqo'dah, dan bulan Dzulhijah

Hari Asyuro
Hari ke sepuluh bulan muharom
Hari Asyuro
Hari diselamatkannya umat nabi Musa
Hari Asyuro
Disunahkan berpuasa



“Pak bikinkan puisi tentang tahun baru Hijriyah!” pinta Hanun setengah memerintah.
“Buat apa?”
“Untuk lomba syair di sekolahku”
“Kapan?”
“Tiga hari lagi…”
“#%&^*(&)*_)”

Sudah lama saya tidak menulis puisi, dan sekarang diminta membuat puisi yang akan dibaca dalam lomba, dalam waktu tiga hari. Yang lebih menantang lagi adalah bagaimana Hanun bisa menghafal dan berlatih membaca puisi dalam waktu tiga hari, itupun kalau puisinya segera jadi. Untunglah lomba syairnya berpasangan antara ibu dan anak.

Satu hari berlalu, dan ide puisi yang akan saya buat belum terlintas di benak saya, yang berarti kesempatan berlatih juga berkurang sehari. Berarti saya harus membuat puisi pendek sehingga mudah dan cepat dihafal Hanun dan ibunya.

Saya segera browsing, baca buku, mencari informasi segala hal tentang bulan Muharom, tentang tahun baru Hijriyah. Hikmahnya, saya jadi tahu bahwa bulan Muharom bukanlah bulan hijrahnya Rosululloh, tapi bulan pertama kali para sahabat mulai berhijrah ke Madinah. Sedangkan Rosululloh baru hijrah sebulan kemudian, tepatnya di bulan Safhar (mungkin karena itu namanya Safar=perjalanan).

Saya harus membuat puisi tentang keutamaan bulan Muharom, tidak terlalu panjang agar Hanun dan ibunya mudah menghafalkannya, dan harus dirancang membacanya bergantian antara Hanun dan ibunya. Maka jadilah puisi yang pendek sederhana itu.

Waktu saya tunjukkan ke Coqi untuk minta masukan, Coqi tertawa cekikikan.
“Ini puisi atau catatan kecil Pak?”
“Ya kalau terlalu panjang nanti adik dan ibu sulit menghafalnya. Tapi rimanya ada lho meski tidak sempurna…Coba perhatikan!”
“Iya sih…” Coqi masih menahan senyumnya.
“Coqi punya ide atau tambahan lagi?”
“Belum ada Pak…” Masih dengan senyum geli.

Dalam waktu satu setengah hari Hanun dan ibunya berlatih dengan bersungguh-sungguh membaca syair ‘Bulan Muharom’. Saya dan Coqi yang menilai penampilan mereka dan memberi beberapa saran gerakan atau intonasi suara. Hanun bertugas membaca baris yang pendek dan ibunya yang panjang. Saya menyampaikan ke mereka bahwa penilaian juri kemungkinan pada gaya bersyair dan kekompakan baik dari segi kostum maupun aksi panggung.

Pada hari perlombaan saya tidak bisa hadir menonton penampilan mereka. Selesai perlombaan, sesampai di rumah, Hanun dan ibunya melaporkan bahwa hanya mereka yang membaca syair tanpa text karena hafal.

Lima hari kemudian, agak lama karena terpotong hari libur panjang, pemenang lomba diumumkan. ALHAMDULILLAH Hanun dan ibunya berhasil memenangkan lomba, jadi juara pertama. Kemenangan ini adalah prestasi resmi pertama yang berhasil dicapai Hanun. Dia sangat senang, dipandangi terus pialanya. Dipajang pialanya di ruang tamu kami. “Adik menang karena ALLOH sayang kepada anak yang rajin dan mau berusaha dengan keras dan serius…” Saya jongkok di samping Hanun menemani memandangi piala yang diletakkan di meja ruang tamu.