Saya sangat
menyukai film ‘Invictus’ karena berisi pesan-pesan moral yang banyak sekali.
Bahkan saat saya menonton yang keempat kali saya masih bisa menemukan pesan
moral baru dalam film itu. Yang saya heran adalah bahwa saya beru ketemu film
itu di tahun ini, tahun 2012, padahal film itu sudah diproduksi dan dipasarkan
pada tahun dua ribu sembilan. Selama tiga tahun ada di mana film itu?
Mungkinkah
karena film ‘Invictus’ bukan film laga atau horror sehingga tidak banyak orang
membicarakannya? Atau mungkin para pemasar film di Indonesia kurang antusias
dengan film-film bergenre drama. Entahlah…Yang jelas saya optimis dan antusias
membawa film ini ke para pemuda, pelajar, mahasiswa, dan mengupas pesan-pesan
moral yang ada di dalamnya. Saya yakin dengan cara berbeda dalam menyampaikan
sebuah pesan, yaitu dengan cara yang menyenangkan dan asyik, lebih mudah masuk
ke dalam benak anak-anak muda.
Ternyata
hasil survey informal, yang saya sebarkan ke teman-teman muda pengurus FLP
Malang, menunjukkan bahwa film ‘Invictus’ membosankan bagi mereka,nah lho…
Saya
menyukai film ‘Invictus’. Saya mampu menonton film itu tanpa bosan sampai
akhir. Saya tahu ‘bagaimana’ menonton film itu dengan asyik. Maka saya harus segera
mempelajari ‘bagaimana’ teman-teman pengurus FLP Malang menonton film itu
dengan perasaan bosan. Saya tidak terjebak dengan mempertanyakan mengapa mereka
bosan menonton film itu, saya hanya perlu tahu bagaimana mereka melakukannya.
Setelah
melakukan beberapa pertanyaan singkat kepada mereka melalui sms, mencari tahu
secara tersirat apa yang mereka lakukan
sebelum, saat, dan setelah menonton film, saya bisa menemukan beberapa hal yang
harus saya lakukan saat saya membawa film ini ke hadapan dua ratus siswa SMK
Putera Indonesia Malang. Beruntung mbak Wulan, salah satu teman FLP yang merasa
bosan saat menonton film itu menyadari apa yang terjadi pada dirinya dan memberi
saya beberapa masukan, yang sesuai dengan rencana-rencana saya.
Di depan
para siswa, saya membuka acara dengan membangkitkan semangat dan antusias
mereka. Saya mengajak mereka bersepakat bahwa sepanjang acara kita
bersenang-senang dengan asyik. Sebelum mulai membicarakan film, saya membahas
sedikit tentang sejarah dan makna peristiwa Sumpah Pemuda. Saya kaitkan ikrar
Sumpah Pemuda dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Apa yang saya sampaikan
tentang Sumpah Pemuda kepada para siswa adalah yang saya tulis di Malang Post
tanggal 28 Oktober 2012, atau bisa dibaca di sini http://bit.ly/musuhbersamabangkitkansemangatsumpahpemuda
.
Selanjutnya
saya menjelaskan tentang latar belakang film ‘Invictus’. Saya jelaskan kepada
mereka kelebihan-kelebihan film itu layaknya seorang penjual tiket nonton, atau
penjual DVD yang mempromosikan film-film dagangannya.
Saya membagi
film yang berdurasi sembilan puluh menit menjadi enam session. Tiap awal session
saya menyampaikan beberapa pesan tentang adegan-adegan yang perlu lebih diperhatikan,
karena setiap session berakhir saya
akan menyampaikan tantangan berhadiah.
Sempat ada
kendala saat pemutaran session kelima, sound system tiba-tiba tak bersuara.
Cukup lama teknisi mengotak-atik perangkatnya, dan para siswa mulai gaduh.
Terlihat beberapa siswa (sekitar sepuluh persen) mulai meninggalkan tempat.
Karena saya tidak bisa mendapat kepastian perangkat pengeras suara bisa
digunakan lagi atau tidak sedangkan waktu saya terbatas, saya pun menyampaikan
tawaran kepada para siswa, sambil berteriak, untuk menghentikan pemutaran film
dan langsung ke babak hadiah utama. Yang mengharukan adalah ternyata hampir
semua siswa menghendaki film diteruskan, mereka bersedia menunggu.
ALHAMDULILLAH film bisa dilanjutkan dengan menggunakan perangkat pengeras suara
kecil, tidak ada rotan akar pun jadi.
Karena waktu
sudah terpotong, session kelima sampai akhir saya jadikan satu.
Selesai
pemutaran film, setelah membagikan hadiah-hadiah utama, saya mengajak para
siswa membaca ikrar Sumpah Pemuda dan menyanyikan Indonesia Raya. Para siswa,
yang mau bertahan selama empat jam dalam aula yang gerah karena kipas angin
tidak bisa dinyalakan, dengan semangat bersama-sama berikrar Sumpah Pemuda dan
bernyanyi lagu kebangsaan.
ALHAMDULILLAH, saya sangat bersyukur dan terharu.