Bulan Muharom
Syair karya Nur Muhammadian
Bulan Muharom...
Bulan pertama tahun Hijriyah
Bulan Muharom...
Adalah bulan qomariah
Bulan Muharom
Satu dari empat bulan mulia
Bulan Muharom
Bulan Rajab, bulan Dzulqo'dah, dan bulan Dzulhijah
Hari Asyuro
Hari ke sepuluh bulan muharom
Hari Asyuro
Hari diselamatkannya umat nabi Musa
Hari Asyuro
Disunahkan berpuasa
“Pak bikinkan puisi tentang tahun baru Hijriyah!” pinta Hanun setengah memerintah.
“Buat apa?”
“Untuk lomba syair di sekolahku”
“Kapan?”
“Tiga hari lagi…”
“#%&^*(&)*_)”
Sudah lama saya tidak menulis puisi,
dan sekarang diminta membuat puisi yang akan dibaca dalam lomba, dalam waktu
tiga hari. Yang lebih menantang lagi adalah bagaimana Hanun bisa menghafal dan
berlatih membaca puisi dalam waktu tiga hari, itupun kalau puisinya segera
jadi. Untunglah lomba syairnya berpasangan antara ibu dan anak.
Satu hari berlalu, dan ide puisi yang
akan saya buat belum terlintas di benak saya, yang berarti kesempatan berlatih
juga berkurang sehari. Berarti saya harus membuat puisi pendek sehingga mudah
dan cepat dihafal Hanun dan ibunya.
Saya segera browsing, baca buku, mencari informasi segala hal tentang bulan
Muharom, tentang tahun baru Hijriyah. Hikmahnya, saya jadi tahu bahwa bulan
Muharom bukanlah bulan hijrahnya Rosululloh, tapi bulan pertama kali para
sahabat mulai berhijrah ke Madinah. Sedangkan Rosululloh baru hijrah sebulan
kemudian, tepatnya di bulan Safhar (mungkin karena itu namanya
Safar=perjalanan).
Saya harus membuat puisi tentang
keutamaan bulan Muharom, tidak terlalu panjang agar Hanun dan ibunya mudah menghafalkannya,
dan harus dirancang membacanya bergantian antara Hanun dan ibunya. Maka jadilah
puisi yang pendek sederhana itu.
Waktu saya tunjukkan ke Coqi untuk
minta masukan, Coqi tertawa cekikikan.
“Ini puisi atau catatan kecil Pak?”
“Ya kalau terlalu panjang nanti adik
dan ibu sulit menghafalnya. Tapi rimanya ada lho meski tidak sempurna…Coba
perhatikan!”
“Iya sih…” Coqi masih menahan
senyumnya.
“Coqi punya ide atau tambahan lagi?”
“Belum ada Pak…” Masih dengan senyum
geli.
Dalam waktu satu setengah hari Hanun
dan ibunya berlatih dengan bersungguh-sungguh membaca syair ‘Bulan Muharom’.
Saya dan Coqi yang menilai penampilan mereka dan memberi beberapa saran gerakan
atau intonasi suara. Hanun bertugas membaca baris yang pendek dan ibunya yang
panjang. Saya menyampaikan ke mereka bahwa penilaian juri kemungkinan pada gaya
bersyair dan kekompakan baik dari segi kostum maupun aksi panggung.
Pada hari perlombaan saya tidak bisa
hadir menonton penampilan mereka. Selesai perlombaan, sesampai di rumah, Hanun
dan ibunya melaporkan bahwa hanya mereka yang membaca syair tanpa text karena
hafal.
Lima hari kemudian, agak lama karena
terpotong hari libur panjang, pemenang lomba diumumkan. ALHAMDULILLAH Hanun dan
ibunya berhasil memenangkan lomba, jadi juara pertama. Kemenangan ini adalah
prestasi resmi pertama yang berhasil dicapai Hanun. Dia sangat senang,
dipandangi terus pialanya. Dipajang pialanya di ruang tamu kami. “Adik menang
karena ALLOH sayang kepada anak yang rajin dan mau berusaha dengan keras dan
serius…” Saya jongkok di samping Hanun menemani memandangi piala yang
diletakkan di meja ruang tamu.
0 komentar:
Posting Komentar