Dua buku berkualitas karya Forum Lingkar Pena Malang

"Ada Kisah di Setiap Jejak" adalah buku kumpulan kisah nyata inspiratif, dan "Perempuan Merah dan Lelaki Haru" adalah buku kumpulan cerpen berkualitas. Hanya dijual online.

Ebook Gratis - Seminar - Workshop

Download Gratis Ebooknya di http://pustaka-ebook.com/pnbb-e-book-15-8-rahasia-sukses-ujian-nasional

Kebahagiaan dan Kedamaian Hati tergantung Keputusan Anda Sendiri

Kami hanya bisa membantu pribadi-pribadi yang mau berubah dan bersedia dibantu

Kripik untuk Jiwa - Renyah Dibaca, Bergizi dan Gurih Maknanya

Buku ringan berisi kiat-kiat mudah berubah menjadi bahagia dan membahagiakan

Inspirasi - Harmoni - Solusi

Berbagi inspirasi ... Membangun keselarasan ... Menawarkan solusi

Kamis, 31 Januari 2013

Sikap Hanun Kepada Lawan Jenis (Jilbab Hanun 2)


Hanun saat ini berusia lima tahun, dan dia sudah paham tentang konsep aurat maupun muhrim. ALHAMDULILLAH tidak terlalu sulit membuat dia paham bagaimana harus bersikap kepada lawan jenis. Saya yakin itu karena hidayah Tuhan kepadanya, dan Tuhan pula yang mengilhamkan ke saya dan istri saya tentang mendidik ahlak sejak usia Hanun 0 tahun.

Saya yakin tentang konsep pendidikan sejak dalam kandungan. Saya belum pernah membaca jurnal ilmiah atau hasil penelitian tentang konsep ini, tapi saya sudah menemukan banyak bukti dan mengalaminya sendiri. Sayang sekali masih banyak orang tua di Indonesia yang meragukan konsep ini. Mereka masih berpendapat bahwa bayi dan anak di bawah usia tiga tahun belum bisa menangkap informasi sempurna dari sekelilingnya.

Pendidikan yang saya anggap paling penting untuk saya ajarkan kepada Hanun sesegera mungkin adalah tentang ahlak, dan saya meyakini sumber terbaik adalah ajaran agama. Saya meyakini bahwa ajaran agama adalah manual book atau user guide manusia untuk hidup. Sebagai muslim saya meyakini Al Qur'an dan Al Hadits sebagai pedoman hidup, acuan segala ilmu.

Saya percaya bahwa semua yang kita sampaikan kepada anak sejak usia 0 tahun terekam sempurna dalam pikirannya, di otaknya. Hanya saja mereka belum bisa menanggapi informasi itu. Informasi yang tersimpan di otaknya pasti bermanfaat suatu saat kelak. Sebaliknya, hati-hati dengan informasi negatif yang berpotensi masuk ke otak anak usia dini, juga akan terekam dalam otaknya. Televisi adalah media yang harus diwaspadai berpotensi besar mengirim informasi negatif  ke dalam pikiran anak.

Saat Hanun sudah mulai aktif berinteraksi dengan banyak orang, termasuk dengan lawan jenis, saya mulai sering mengingatkan tentang konsep hubungan yang benar menurut ajaran agama, konsep yang sudah dia terima informasinya sejak lahir.
"Bukankah larangan itu bagi orang yang sudah dewasa? Sudah baligh?"
Tak ada penegasan di agama bahwa aturan hanya boleh diajarkan kepada orang dewasa, kalau berlakunya keawajiban memang benar untuk orang yang sudah dewasa. Ahlak dan moral adalah sari pati inti dari karakter. Bukankah terlambat bila baru mengajarkan ahlak dan moral saat anak sudah dewasa? Saat karakternya sudah terbentuk? Secara biologis kita bisa mengenali kapan anak kita mencapai kedewasaan, tapi secara psikologis sulit mendeteksinya.

ALHAMDULILLAH sekarang Hanun sudah tahu dan melakukan sikap-sikap membatasi diri saat berhubungan dengan lawan jenis, meskipun kadang-kadang masih harus diingatkan. Paling tidak dia bisa menerima dan segera berubah saat diingatkan, tidak membantah atau menentang menggunakan  segala argumen nalar manusia yang tidak selaras dengan ajaran agama.

Rabu, 30 Januari 2013

Jilbab Hanun


Dulu, lama sebelum Hanun lahir saya sudah sangat suka melihat anak kecil perempuan yang berkerudung rapi. Teman-teman, orang tua anak-anak itu, memberi tips bahwa jauh lebih mudah mengajari anak berkerudung sedari kecil, sedini mungkin.  Sejak saat itu selalu ada dalam doa saya permohonan dianugerahi anak perempuan.

Memerhatikan tingkah polah perempuan-perempuan masa kini saya sangat miris dan khawatir. Betapa mereka sudah tidak peduli dengan  kehormatan, suka memamerkan bagian-bagian tubuh demi mendapatkan kepuasan karena jadi pusat perhatian.

Banyak yang berkilah bahwa bukan tanggung jawab mereka  bila banyak mata lelaki jalang memandang tubuh mereka.
"Ah...Bukan urusan saya bila para lelaki itu memandangi saya, khan mata mereka sendiri, saya gak nyuruh"
"Ya salah sendiri gak punya iman...Gak bisa menahan nafsu..."
"Dasar pikiran mereka sendiri yang ngeres, piktor"

Coba kita balik logikanya, seandainya tidak ada seorang lelakipun tertarik pada dandanan mereka, tidak sebuah matapun memandang kagum, atau lebih tepatnya jalang, apakah mereka masih mau berpakaian seperti itu? Apa sih yang ada di benak perempuan-perempuan yang suka berdandan ‘minimalist’ itu saat bercermin mematut diri selain ingin segera keluar menemui kerumunan kemudian mendapatkan pujian dan tatapan pemujaan?

"Wajar khan yang indah itu disukai orang?"
"Apa salahnya saya menampilkan keindahan?"

Keindahan adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Indah. Sebagai mahlukNYA kita wajib menjaga dan merawat keindahan yang kita terima. Menampilkan keindahan boleh saja, dengan memerhatikan manfaat yang ingin diraih, bagi diri sendiri dan orang lain. Saat menampilkan bagian-bagian tubuhnya, manfaat apa yang diperoleh? Manfaat apa yang diberikan untuk orang lain? Keburukan apa yang kemungkinan terjadi? Lebih condong ke manfaat atau keburukan?

"Ah, jangan munafik lah...! Toh banyak juga peristiwa di dunia ini perempuan berjilbab yang dilecehkan dan diperkosa..."

Perdebatan seperti ini tidak akan pernah selesai, tak ada habisnya. Selalu ada perbedaan dalam memandang sesuatu. Karena itulah saya ingin memiliki anak perempuan, agar saya bisa mendidiknya dengan kebenaran yang saya yakini. Saya ingin berbuat sesuatu di dunia tentang keindahan seorang wanita, melalui anak saya karena saya laki-laki.

Saya menyetujui dan sepakat bahwa pendidikan anak dimulai saat usia 0 tahun, bahkan sejak dalam kandungan. Maka saya dan ibunya  mengajari Hanun menutup aurat sejak usia 0 tahun. Kami sudah berburu jilbab kecil sejak Hanun lahir.  

Tidak mudah, karena banyak yang menentangnya.
"Kasihan, dia khan masih kecil.."
Justru sayang Hanun saya kasihan bila terlambat mendidiknya tentang ahlak beragama.

(bersambung : "Sikap Hanun Kepada Lawan Jenis)


Senin, 28 Januari 2013

Dulu Belajar Rangkaian Listrik Sekarang Jualan Kripik


Saya dulu kuliah di Politeknik Malang jurusan Listrik dan saat ini saya jualan kripik buah. Apakah saya merasa kuliah saya tidak ada gunanya?
Saya dulu belajar rangkaian listrik dan sekarang menulis buku tentang mudahnya bahagia. Apakah saya menyesalinya?

Sama sekali tidak!

Seandainya saya dulu kuliah di fakultas ekonomi, belum tentu sekarang saya bisa menjual satu ton kripik buah ke Malaysia. Karena faktanya banyak sarjana ekonomi yang mempelajari manajemen pemasaran tidak mau jadi pedagang.
Seandainya saya dulu belajar ilmu psikologi, belum tentu saya bisa menulis buku "Kripik untuk Jiwa". Karena faktanya banyak sarjana psikologi tidak mau menerapkan ilmunya untuk membantu orang lain jadi lebih bahagia.

Saya bangga dulu pernah belajar ilmu listrik. Saya masuk jurusan itu bukan asal masuk, asal kuliah. Saya melakukannya dengan niat mencari ilmu dan meningkatkan kualitas berpikir, dan saya menapatkannya. Apapun yang saya dapatkan saat kuliah adalah bekal saya yang sangat berharga untuk melakukan perjalanan hidup, sehingga saya bisa seperti saat ini.

Menuntut ilmu bukanlah tujuan tapi hanya salah satu tahapan proses. Kuliah hanyalah salah satu pilihan tahapan dari proses peningkatan kualitas diri, proses tiada henti.
Karena kuliah hanya sebagai  salah satu pilihan, Anda tidak harus melakukannya karena ada pilihan lain. Apapun pilihan Anda, lakukan dengan sebaik mungkin, terbaik yang bisa Anda lakukan.