Rabu, 30 Januari 2013

Jilbab Hanun


Dulu, lama sebelum Hanun lahir saya sudah sangat suka melihat anak kecil perempuan yang berkerudung rapi. Teman-teman, orang tua anak-anak itu, memberi tips bahwa jauh lebih mudah mengajari anak berkerudung sedari kecil, sedini mungkin.  Sejak saat itu selalu ada dalam doa saya permohonan dianugerahi anak perempuan.

Memerhatikan tingkah polah perempuan-perempuan masa kini saya sangat miris dan khawatir. Betapa mereka sudah tidak peduli dengan  kehormatan, suka memamerkan bagian-bagian tubuh demi mendapatkan kepuasan karena jadi pusat perhatian.

Banyak yang berkilah bahwa bukan tanggung jawab mereka  bila banyak mata lelaki jalang memandang tubuh mereka.
"Ah...Bukan urusan saya bila para lelaki itu memandangi saya, khan mata mereka sendiri, saya gak nyuruh"
"Ya salah sendiri gak punya iman...Gak bisa menahan nafsu..."
"Dasar pikiran mereka sendiri yang ngeres, piktor"

Coba kita balik logikanya, seandainya tidak ada seorang lelakipun tertarik pada dandanan mereka, tidak sebuah matapun memandang kagum, atau lebih tepatnya jalang, apakah mereka masih mau berpakaian seperti itu? Apa sih yang ada di benak perempuan-perempuan yang suka berdandan ‘minimalist’ itu saat bercermin mematut diri selain ingin segera keluar menemui kerumunan kemudian mendapatkan pujian dan tatapan pemujaan?

"Wajar khan yang indah itu disukai orang?"
"Apa salahnya saya menampilkan keindahan?"

Keindahan adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Indah. Sebagai mahlukNYA kita wajib menjaga dan merawat keindahan yang kita terima. Menampilkan keindahan boleh saja, dengan memerhatikan manfaat yang ingin diraih, bagi diri sendiri dan orang lain. Saat menampilkan bagian-bagian tubuhnya, manfaat apa yang diperoleh? Manfaat apa yang diberikan untuk orang lain? Keburukan apa yang kemungkinan terjadi? Lebih condong ke manfaat atau keburukan?

"Ah, jangan munafik lah...! Toh banyak juga peristiwa di dunia ini perempuan berjilbab yang dilecehkan dan diperkosa..."

Perdebatan seperti ini tidak akan pernah selesai, tak ada habisnya. Selalu ada perbedaan dalam memandang sesuatu. Karena itulah saya ingin memiliki anak perempuan, agar saya bisa mendidiknya dengan kebenaran yang saya yakini. Saya ingin berbuat sesuatu di dunia tentang keindahan seorang wanita, melalui anak saya karena saya laki-laki.

Saya menyetujui dan sepakat bahwa pendidikan anak dimulai saat usia 0 tahun, bahkan sejak dalam kandungan. Maka saya dan ibunya  mengajari Hanun menutup aurat sejak usia 0 tahun. Kami sudah berburu jilbab kecil sejak Hanun lahir.  

Tidak mudah, karena banyak yang menentangnya.
"Kasihan, dia khan masih kecil.."
Justru sayang Hanun saya kasihan bila terlambat mendidiknya tentang ahlak beragama.

(bersambung : "Sikap Hanun Kepada Lawan Jenis)


0 komentar:

Posting Komentar