Gaya hidup efektif dan bahagia saya terapkan di
rumah, lingkungan terkecil dan paling dekat hidup saya. Di rumah kami, saya
biasakan melakukan sesuatu dengan efektif. Sebelum melakukan sesuatu kami harus
tahu dan paham manfaatnya. Meskipun sulit kami harus melakukannya bila manfaatnya
besar.
Dari hal-hal terkecil kami usahakan selalu efektif.
Misalkan masalah jadwal mandi. Kami sekeluarga punya kesepakatan untuk tidak
memiliki jadwal mandi, alias suka-suka. Kalau tidak perlu ya tidak mandi, tapi
minimal sekali sehari. Sebaliknya kami bisa mandi berkali-kali sehari, sesuai
kebutuhan. Kami berpedoman pada agama dan kesehatan dalam menentukan manfaat mandi.
Selain agama dan kesehatan, kami
juga memperhatikan kebaikan dan kenyamanan orang lain. Meskipun sudah dua kali
mandi, tapi karena berkeringat badan jadi bau tidak sedap, kami mandi lagi.
Sebaliknya kami sering hanya mandi sekali karena badan masih bersih, tak
berkeringat dan wangi sampai tidur malam hari.
Jadi masalah mandi ini kami benar-benar menggunakan azaz manfaat, bukan sekedar rutinitas tradisi.
Masalahnya, tidak semua orang di sekitar kami bisa
memahami azaz manfaat mandi yang kami anut. Contohnya adalah peristiwa saat
kami berkunjung dan menginap di rumah Ibu saya selama liburan sekolah.
Ibu saya, Utinya Coqi, memegang teguh tradisi sejak
lama, mandi dua kali sehari. Sehingga beliau tidak berkenan saat Coqi menolak
disuruh mandi sore “Badanku masih bersih Uti…Baru tadi siang Aku mandi dan
sekarang belum kotor dan tidak berkeringat….”. Neneknya tidak bisa menerima
alasan Coqi.
Saya panggil Coqi…
“Bapak menghargai pendirian Coqi tidak mau mandi
sore, berdasarkan gaya hidup efektif kita. Tapi dalam mempertimbangkan manfaat
Coqi juga harus memperhatikan konteks. Meskipun Coqi tidak kotor dan masih wangi,
Coqi harus menghargai kebiasaan di rumah Uti…Coqi harus menjaga kebahagiaan
Uti…Kali ini Coqi harus mandi karena manfaat yang besar, kebahagiaan Uti…”
Coqi harus belajar bahwa membahagiakan orang adalah
pertimbangan tertinggi gaya hidup efektif setelah ajaran agama.
0 komentar:
Posting Komentar