Sabtu, 08 Maret 2014

Pelatihan yang Membosankan, Sebuah Pengalaman Berharga

Beberapa tahun lalu, saat saya masih bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, saya pernah mendapat perintah mengikuti pelatihan selama dua hari. Saat itu berlaku peraturan bahwa seluruh karyawan setiap tahun harus mengikuti pelatihan minimal dua persen dari seluruh jam kerjanya setahun. 

Saat itu akhir tahun dan target jam pelatihan saya belum terpenuhi, maka saya wajib mengikuti pelatihan “Administrasi Proyek” yang ternyata isi materinya tidak ada hubungan dengan pekerjaan saya sehari-hari. Bisa dibayangkan bagaimana membosankannya suasana pelatihan yang saya rasakan, dan ternyata juga dirasakan oleh hampir seluruh teman-teman saya karena pematerinya juga menyampaikan dengan cara yang membosankan..

Daripada tertidur, atau ngobrol dengan teman yang akan menyinggung pemateri, maka saya mulai menulis cerpen fiksi. Sebenarnya saat itu adalah untuk yang pertama kalinya saya menulis cerpen fiksi. Sambil duduk tegak posisi memperhatikan imajinasi saya melayang dan saya tulis semuanya. Ajaib, ternyata tulisan saya mengalir lancar.

Posisi tubuh saya yang menulis tanpa henti sepanjang pelatihan menyebabkan teman-teman ribut kebingungan. Hampir semua teman memandang saya heran, yang ada di benak mereka kemungkinan sama “Yang ditulis apa???”  Hampir seluruh teman saya, baik secara verbal maupun isyarat, minta dipinjami catatan saya untuk mereka salin. Saya hanya mengangguk dan memberi isyarat ‘ok’, sambil menahan tawa. 

Selesai pelatihan cerpen saya rampung sembilan puluh persen, dan tidak ada seorangpun teman saya yang jadi meminjam catatan saya karena memang di perusahaan kami dulu tidak ada kewajiban membuat laporan usai pelatihan. ALHAMDULILLAH, cerpen ‘Catatan Pelatihan Administrasi Proyek’ saya yang saya beri judul ‘Hukuman untuk Mbok Darmi’ dimuat dalam buku kumpulan cerpen ‘Aku Ingin Melukis WajahMU’  produksi Forum Lingkar Pena Ranting UM Malang tahun dua ribu delapan.

Dari pengalaman tersebut ada beberapa hal yang saya dapatkan sebagai pelajaran berharga :


1.      Sebagai peserta, saya tidak lagi mau mengikuti pelatihan secara gratis, atau saya tidak akan mengikuti sebuah pelatihan hanya karena tidak berbayar.

Bilapun saya mendapatkan kesempatan mendapatkan pelatihan tanpa bayar, saya tetap harus membayar pelatihan tersebut dalam bentuk lain, misalkan dalam bentuk komitmen tindakan tertentu. Dengan cara itu saya tidak sembarangan mengikuti pelatihan, saya akan berusaha maksimal mendapatkan informasi tentang pelatihan yang akan saya ikuti. 

2.      Sebagai pemateri, atau trainer, saya harus memastikan mendapatkan hak berbicara di depan peserta pelatihan.

Saya mungkin punya materi untuk disampaikan, tetapi belum tentu saya mendapat hak untuk berbicara dari para peserta. Bisa jadi di awal saya mendapatkan hak itu, tapi karena cara saya berbicara tidak bagus sehingga membosankan atau tidak menyamankan maka peserta pelatihan akan mulai mencabut hak itu. Sebagai pemateri saya punya amanah menambah nilai tambah peserta pelatihan, karena sedikitnya mereka sudah menginvestasikan waktu mereka.

3.      Sebagai pemateri, atau trainer, saya akan mengondisikan kelas menjadi interaktif dan banyak partisipasi aktif dari peserta.

Sebuah ilmu yang baru bagi peserta sebuah pelatihan akan sangat sulit dipahami bila tidak dicoba dipraktikkan. Mungkin peserta merasa sudah memahami, tapi akan terbukti ada yang belum dimengerti saat mempraktikkannya langsung dan sangat sayang bila itu baru ditemukan seusai pelatihan.

4.      Sebagai pemimpin team saya tidak akan mengikutkan anggota team saya dalam sebuah pelatihan secara cuma-cuma.

Saya akan mewajibkan anggota team saya untuk mengeluarkan kontribusi besar bila ingin mendapatkan sebuah kelas pelatihan, meskipun tidak harus dalam bentuk uang. Bila mereka mengikuti sebuah pelatihan harus dengan upaya yang besar maka mereka akan mengikuti pelatihan dengan sangat serius, tak akan melewatkan waktu sedetikpun.

5.      Sebagai penulis saya sangat bersyukur karena punya peluang memroduksi karya dalam kondisi apapun.


Sebenarnya, siapapun, tidak punya alasan untuk tidak berkarya. Semua orang pasti punya sumber daya untuk menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat, dalam kondisi apapun.




Bagaimana dengan Anda?




0 komentar:

Posting Komentar