Sabtu, 08 Maret 2014

Pentingkah Suara Saya?

Saya sangat prihatin dengan bertebarannya banner promo caleg yang bertebaran di pohon-pohon. Para  caleg itu memasang bannernya secara serampangan sehingga secara estetika sangat mengganggu. Semakin parah lagi sebagian besar mereka memasang bannernya dengan cara memaku ke pohon, menurut saya hal tersebut adalah tindakan biadab.

Saya pernah bekerja dalam team marketing, yang salah satu tugasnya adalah melakukan promo produk juga dalam bentuk banner outdoor. Dulu tidak pernah sekalipun saya izinkan team saya pasang banner dengan memaku pohon. Saya tegur keras bila ada yang melanggarnya.
Menurut saya sikap yang menyayangi dan tak mau menyakiti pohon bukanlah sikap berlebihan, karena sebagai manusia saya punya amanah untuk menyayangi seluruh alam ciptaan Tuhan.

Beberapa waktu yang lalu saya sangat kecewa karena mendapati wajah orang yang saya kenal dipaku di pohon. Orang itu adalah caleg yang saat ini sudah atau sedang menjadi anggota legislatif, yang rencananya akan saya pilih pada pemilu nanti. Saya segera mengirim pesan ke beberapa orang yang saya anggap bisa menyampaikan pesan saya kepada aleg tersebut. Saya kirimkan foto banner yang terpaku di pohon itu diiringi pesan “Salam dari pohon yang teraniaya”.

Beberapa saat kemudian saya mendapatkan balasan pesan yang kira-kira berbunyi :“Pesan sudah saya sampaikan, berikut balasan :  maaf dan terima kasih atas kritiknya”. Saat itu saya agak lega dan berharap segera ada perubahan.

Beberapa minggu kemudian kekecewaan saya memuncak karena banner wajah aleg yang saya kenal itu masih dengan arogannya menganiaya pohon.
Selain wajah caleg, hampir semua partai peserta PEMILU dengan pongahnya memaku banner kampanye mereka ke pohon, termasuk partai tempat caleg yang saya kenal tersebut. Saya mendapat jawaban dari beberapa kader partai tersebut bahwa itu perilaku team sukses bukan kader resmi partai. Maka saya sampaikan bahwa bila masalah kecil tapi penting seperti itu saja partai tidak bisa mengendalikan team suksesnya bagaimana mungkin partai itu pantas dipilih sebagai wakil rakyat?

Saya bereaksi hanya kepada satu partai itu, dan hanya kepada satu caleg itu karena saya menyayangkan tindakannya dan berharap mereka bisa berubah, karena saya berencana memilih mereka saat PEMILU nanti. Saya tidak peduli kepada caleg lain dan partai lain. Tapi kepedulian saya ternyata tidak bersambut. Pesan teguran saya tidak mereka gubris.


Saya sadar diri, apalah arti satu suara saya dibanding dua atau lebih suara orang-orang yang tidak peduli melihat pohon dianiaya. Apalah arti satu suara saya dibanding dua atau lebih suara orang-orang yang memilih mereka, dan yang tidak peduli mereka berbuat apapun saat proses kampanye. Bila saya tidak memilih, mereka hanya kehilangan satu suara, tidak ada pengaruh significant untuk mendapatkan kursi DPR. 
Saya memang layak diabaikan.

0 komentar:

Posting Komentar