Pagi tadi, seperti yang sudah kami sepakati, Coqi menjalani
terapi menghilangkan dendam dan kebencian. Kesediaan Coqi adalah suatu hal yang sangat menggembirakan
saya. Sebenarnya ada beberapa hal, menurut pengamatan saya sejak lama, yang
perlu diubah dalam diri Coqi. Tetapi saat saya menawarkan untuk terapi
perubahan Coqi menolaknya.
“Nggak usah pak…Coqi nggak apa-apa kok…”
Sedih juga, saya sudah banyak membantu orang dengan terapi,
tapi tidak pernah membantu anak sendiri. Karena itu pagi tadi adalah peristiwa
yang sangat berarti bagi saya.
Semalam sebelum tidur saya menganalisa masalah yang dialami
Coqi untuk menentukan teknik terapi apa yang akan saya gunakan. Dendam dan
kebencian Coqi disebabkan karena perilaku Fulan terhadapnya, bukan karena sosok
si Fulan. Jadi sebenarnya Coqi benci pada apa yang dilakukan si Fulan, dendam
Coqi karena ‘terluka’ saat diganggu si Fulan. Karena peristiwanya masih
‘segar’, masih baru saja terjadi, maka ‘luka’ Coqi belum terlalu dalam dan
mengakar. Saya memutuskan untuk menggunakan teknik ‘Changing Bad Memories’ oleh
Richard Bandler.
Sepulang sholat subuh kamipun memulai sesi terapi .
Kelebihan teknik NLP adalah sangat sederhana dan praktis.
Saking sederhanya sehingga tidak asyik untuk diceritakan. Coqi hanya berusaha
untuk membayangkan lagi, mendengar lagi, merasakan lagi peristiwa yang
membuatnya sakit hati. Kemudian memasukkan ‘peristiwa’ itu dalam sebuah layar,
dan membuat jadi seperti sebuah adegan film. Beberapa kali layar diputihkan,
adegan dibuat jalan mundur, diulang beberapa kali, selesai. Sangat sederhana.
Alhamdulillah perasaan Coqi berubah. Saat saya tanya
bagaimana perasaannya, dia mengatakan merasa lebih ringan. Kebencian dan dendam
di hatinya hilang. Sakit hatinya sembuh.
“Benar sudah tidak ada dendam kepada si Fulan?” Saya
memastikan
“Benar pak…Sudah hilang…” Coqi menjawab ringan
“Sudah siap ngajak ngobrol si Fulan..?”
“Siap pak….!” Nada suara Coqi terdengar bersemangat.
“Ok Bapak tunggu laporannya nanti…”
Begitulah dengan semangat baru Coqi berangkat ke sekolah. Sekali lagi saya tidak sabar menunggu Coqi
pulang sekolah. Indikasi sakit hati Coqi benar-benar sembuh bisa saya ketahui
dari ceritanya.
Sepulang sekolah sebelum ditanya Coqi sudah melaporkan
perkembangan misinya.
“Alhamdulillah tadi aku sudah bisa ngobrol enak dengan si
Fulan pak….”
Coqi sudah bisa mendapatkan informasi alamat si Fulan,
pekerjaan ayahnya dan beberapa informasi tentang keluarganya. Coqi bercerita
dengan nada riang dan bersemangat.
ALHAMDULILLAH..SUBHANALLOH…ALLOHU AKBAR…Dalam hati saya
berkali-kali menyebut nama Tuhan sambil mendengarkan cerita Coqi. Saya sangat
bersyukur atas kesembuhan sakit hati anak sulung saya. Saya sangat mensyukuri
anugerah Tuhan yang sangat besar ini. Semoga anugerah Tuhan terus mengalir pada
keluarga kami.
(Tamat)
Catatan : Agar bisa membantu orang jadi lebih baik kita
harus memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu
Untuk ‘Sakit Hati Coqi’ saya cukupkan sampai di sini.
0 komentar:
Posting Komentar