Tulisan dan buku “Kripik untuk Jiwa” adalah program ‘tebar
benih’ yang paling besar ‘modalnya’. Selain dalam bentuk tulisan saya harus
mengeluarkan sejumlah uang untuk menerbitkan buku tersebut.
Apa alasan saya menerbitkan “Kripik untuk Jiwa” dalam bentuk
buku cetak? Apakah tak cukup dengan Ebook saja?
Sampai saat ini saya tidak bisa tahan berlama-lama membaca
tulisan dalam layar computer. Bahkan saat menulis pun saya perlu beberapa kali
istirahat. Mungkin itu pula yang menyebabkan tulisan-tulisan saya cenderung
pendek dan ringkas. Kalaupun bahasannya harus panjang saya sering memotongnya
menjadi beberapa bagian. Buku “Kripik untuk Jiwa” saya cetak untuk memenuhi
kebutuhan pembaca buku seperti saya.
Kalau menebar benih kok buku “Kripik untuk Jiwa” dijual? Mengapa tidak
dibagikan saja?
Meskipun saya menerbitkan buku “Kripik untuk Jiwa” dengan
semangat ‘menebar benih’, namun saya tidak mau memberikan buku ini ke sembarang
orang. Saya tidak akan rela buku saya hanya jadi barang pajangan, atau bahkan
ditelantarkan bagai nasib surat undangan yang kadaluarsa. Niat saya adalah
menebar benih dalam bentuk tulisan bukan berbagi bundelan kertas. Untuk
beberapa orang yang saya kenal, saya pastikan mereka berkenan membaca buku
saya, saya berikan buku “Kripik untuk Jiwa” secara gratis. Saya memberi harga
pada buku saya sekedar sebagai proses seleksi bahwa pemegang atau pemilik buku
nanti benar-benar berminat membaca atau memanfaatkan isi buku saya.
Saya sengaja tidak membagikan buku saya secara cuma-cuma,
dan menjualnya adalah juga untuk pembelajaran saya dalam menjual buku. Saya
meyakini bahwa seorang penulis buku seharusnya tidaklah hanya menulis, tapi
juga harus memperhatikan segala strategi untuk memasarkan bukunya, termasuk
pemilihan tema dan tulisan isi buku. Semua orang yang memiliki uang pasti bisa
menulis sebuah buku yang berisi apapun dengan kualitas bagaimanapun kemudian
membagikannya sampai habis, namun dengan cara itu bagaimana akan terjadi proses
improvement? Siapa yang akan
mengevaluasi hasil tulisannya? Orang yang menerima buku secara cuma-cuma tentu
saja lebih tinggi rasa segannya untuk memberikan penilaian yang obyektif
dibanding orang yang merasa mengeluarkan uang untuk mendapatkan buku tersebut.
Bagaimana hasilnya?
ALHAMDULILLAH saya mendapat sejumlah uang dari hasil
penjualan buku “Kripik untuk Jiwa” meskipun tidak sampai balik modal. Hasil non
materilah yang saya rasakan luar biasa besar. Saya mendapatkan banyak sahabat
baru yang merupakan pembaca buku saya. Saran-saran dari para pembaca juga
sangat membantu saya meningkatkan kualitas diri.
Secara materi, dari hasil penjualan langsung buku “Kripik
untuk Jiwa” memang tidak terlalu besar. Hasil yang tidak langsunglah yang luar
biasa besar. ALHAMDULILLAH saya mendapat kontrak export kripik satu ton ke
Malaysia, untuk awal. Kripik buah, bukan buku kripik. Bagaimana bisa? Sejak
buku saya masih dicetak saya sudah melakukan promosi dengan gencar melalui
berbagai media digital, melalui internet
maupun Blackberry Messenger. Yang lucu adalah bahwa banyak orang yang membaca
promo saya menyangka saya jualan kripik beneran. Kata Pak Heri Mulyo Cahyo rugi
kalau dituduh tapi tidak melakukan, maka saya akhirnya benar-benar membuka toko
online kripik buah.
Ah itu sih tidak berhubungan…Bukan disebabkan buku “Kripik untuk Jiwa”….
Orang yang mengatakan seperti itu adalah orang yang tidak memahami mekanisme
kehidupan, proses dalam hidup. Orang-orang seperti itulah yang selalu mengharap
keuntungan langsung dari setiap hal yang dia keluarkan, dari setiap tindakan.
Orang yang tidak yakin akan janji Tuhan dan maunya sukses dengan cepat dan
instant.
0 komentar:
Posting Komentar